Kamis, 08 September 2011

BEBAN ANGKUTAN BARANG DI JALAN DAN KERETA API BELUM SEIMBANG

BEBAN ANGKUTAN BARANG DI JALAN DAN KERETA API BELUM SEIMBANG  
  Beban jalan yang cukup tinggi untuk pengangkutan logistik nasional belum seimbang dengan penggunaan kereta api.  Saat ini, sekitar 90% angkutan barang diangkut melalui moda transportasi jalan. “Akibatnya adalah overloading dengan truk-truk besar memenuhi jalan sehingga jalan rusak dan akhirnya menghambat kelancaran arus logistik. Oleh karena itu, pengangkutan barang dengan kereta api harus dapat mengurangi beban jalan,” jelas Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono saat menjadi keynote speaker pada Seminar Kebijakan Sistem Transportasi Nasional Dalam Mendukung Kelancaran Distribusi Logistik di Indonesia di Universitas Negeri Jakarta, Jakarta, Selasa (25/5).

Saat ini, Wamenhub mengakui bahwa angkutan barang melalui kereta api belum optimal. Namun, menurut Wamenhub, KA barang di Jawa berpotensi untuk tumbuh sebesar 47% setiap tahunnya selama 5 tahun ke depan, sedangkan di Sumatra pertumbuhannya diproyeksikan sebesar 26%.

Salah satu cara untuk mengoptimalkan jalur kereta api tersebut adalah dengan dibangunnya jalur ganda lintas utara Jawa, diantaranya adalah jalur Semarang-Surabaya. Wamenhub memaparkan pembangunan jalur ganda tersebut dimulai pada 2011 dengan perkiraan biaya Rp. 5,8 T dan rute sepanjang 280 km. Pembebasan lahannya mulai dilakukan pada 2011-2012.

Sementara itu, Wamenhub menambahkan, telah selesai dibangun jalur ganda 184 km dari rencana pembangunan sejauh 655 km di lintas selatan Jawa, yaitu Cirebon-Kroya sejauh 24 km dan Kutoarjo-Yogya-Solo sejauh 160 km.

Selain belum optimalnya kereta api untuk angkutan barang, infrastuktur pelabuhan juga belum memadai untuk menjamin kelancaran arus barang. Semua kendala infrastruktur tersebut menyebabkan rendahnya daya saing logistik Indonesia di kawasan Asia Pasifik dengan biaya logistik yang mencakup 25-30% dari Produk Domestik Bruto.  Sedangkan angka idealnya, Wamenhub menambahkan, adalah di bawah 10%.

Menurut Wamenhub, berdasarkan analisis untuk angkutan laut dan pelabuhan pada tahun 2030, lalu lintas kontainer akan terkonsentrasi di Jawa sedangkan lalu lintas pelabuhan di Kalimantan akan didominasi oleh distribusi batubara.

“Sedangkan pelabuhan di Sumatra akan menangani sebagian besar distribusi CPO,” papar Wamenhub. Berdasarkan analisis tersebut, Wamenhub juga menjelaskan Jawa memerlukan lahan sebesar 1,139 Ha untuk ekspansi pelabuhan.

Untuk kelancaran arus barang, saat ini di Indonesia terdapat 25 pelabuhan utama, 7 terminal khusus batubara dan CPO, 671 pelabuhan pengumpan, 260 pelabuhan pengumpul.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar